PENTOBAT VS PENGAMAT

ADVEN 3, B; 17 Desember 2023
Yes. 61:1-2a.10-11; 1Tes. 5:16-24; Yoh. 1:6-8.19-28

Hari ini kita merenungkan pewartaan Yohanes Pembaptis dan tanggapan pendengarnya. Dari Injil-injil lain, kita tahu bahwa banyak orang yang mendengar pewartaan Yohanes, bertobat dan memberi diri di baptis. Tetapi dalam Injil Yohanes tekanan cerita pada reaksi pemimpin Yahudi dari Yerusalem, yang mengutus imam-imam dan orang Lewi untuk menanyai Yohanes Pembaptis. Mereka ingin tahu siapa Yohanes Pembaptis dan alasan pewartaannya. Dari tradisi, mereka tahu, Mesias akan datang. Tapi mereka mengkritisi semua berita tentang Mesias datang, karena ini akan membawa perubahan besar bagi hidup bangsa Yahudi. Dan itu juga akan berdampak besar pada kedukukan mereka. Karena itu mereka datang bukan untuk mendengarkan dan bertobat, mereka hanya mau memastikan bahwa Yohanes tidak mengganggu stabilitas dan keamanan kedudukan mereka sebagai pemimpin bangsa Yahudi.

Begitulah nasib pelaksanaan Rencana Allah. Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan dan pembaharuan sikap hati, ditanggapi dengan kemapanan kedudukan. Yesus datang mewartakan Kerajaan Allah dan pembaharuan sikap hati, ditanggapi dengan kemunafikan dan puas diri. Gereja mewartakan kasih dan pembaharuan sikap hati, ditanggapi dengan prestasi, kesenangan dan keamanan diri. Dunia tidak mau berubah. Dunia puas dan mau mempertahankan kemapanan, kesenangan dan prestasi yang telah dicapai. Kalau tawaran Tuhan menambah hal-hal ini, oke dan akan diterima. Tapi kalau mengganggu, jangan!

Karena itu kita suka kalau ada mukjijad, penyembuhan, kuasa yang dapat menghilangkan kesulitan dan masalah kita. Yang penting keinginan, kebutuhanku terpenuhi. Puji Tuhan. Tetapi bertobat dan mengubah cara hidup; ah, itu repot dan tidak menguntungkan. Karena itu Natal sebagai saat untuk pesta dan bersenang-senang, dengan gembira dan suka hati kita jalani. Kita mau juga berkurban dan repot-repot untuk itu. Latihan koor, dekorasi, kerja bakti, menyiapkan jajan, boleh saja. Tetapi Natal sebagai saat Tuhan datang dan menawarkan jalan baru dalam hidup kita? Pikir-pikir dulu, ah.

Mari kita renungkan: kita orang yang masih mau tumbuh menjadi lebih baik bersama Tuhan atau kita orang yang sudah puas dengan cara hidup kita? Banyak orang tidak merasa membutuhkan Sakramen Tobat karena mereka tidak melihat pentingnya memperbaiki diri. Begini sudah baik, sudah jalan, sudah beres. Mengapa harus repot-repot? Kita mau Tuhan menyesuaikan diri dengan keinginan dan kebutuhan kita. Bantu kami dalam kesulitan. Berkati usaha kami. Tapi jangan ganggu kami, kami sibuk.

Pada saat menjelang Natal, Tuhan Yesus mampir di suatu Keuskupan di kota besar. Terjadi kehebohan dan kegemparan di kantor Keuskupan. Pastor Paroki Katedral segera menyambut Yesus dan membawaNya ke ruang tamu. “Silahkan duduk dulu, Yesus, kami sedang sibuk.” Kardinal diberi tahu dan segera memerintahkan pastor Sekretaris Uskup untuk menyiapkan konfrensi pers dan mengundang semua wartawan dan mengundang semua pastor dan biarawan/wati untuk tatap muka dengan Yesus. Pastor itu mengeluh: “Kenapa Yesus datang pada saat ini, kita lagi sibuk-sibuknya!” Umat yang mendapat bocoran berita besar itu segera berbondong-bondong datang ke Keuskupan. Mereka mau melihat Yesus. Ada yang mau minta berkat, ada yang mau mohon kesembuhan ada yang mau minta tolong agar dapat pekerjaan dsb. Dan sementara itu Yesus ditinggalkan sendiri di ruang tamu. Ketika semua sudah siap, Yesus sudah pergi meninggalkan mereka.

Kita mempersiapkan semua kegiatan Natal ini untuk siapa? Kalau untuk Dia, yang dibutuhkanNya ialah hati kita yang mau bertobat dan mau tumbuh lebih dekat dengan Dia. Itulah makna Adven. AMIN.

RD. Johanes Handriyanto Widjadja

RD. Johanes Handriyanto Widjadja

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *