MEMBERI HATI
MINGGU BIASA 23, A; 10 September 2023
Yeh. 33:7-9; Rom. 13:8-10; Mat. 18:15-20
Bagi Tuhan Yesus, perintah “jangan bergosip” nampaknya sangat penting; sehingga dicatat sebagai suatu pesan tersendiri dalam satu perikop Injil. Pesannya jelas. Jika ada saudara yang berdosa, mulai dengan mengajak orang itu bicara berdua. Kalau tidak berhasil, ajak 1-2 orang lain. Kalau tidak berhasil juga, bawa soal kepada umat, dalam hal ini kelompok yang bertanggung jawab atas hidup bersama. Jadi urutannya: berdua, bertiga atau berempat; baru kepada kelompok yang lebih besar. Dan yang dilibatkan adalah orang yang punya perhatian dan tanggung jawab.
Tetapi, lebih dari sekedar memberi petunjuk untuk tidak bergosip, Yesus mengajak kita untuk memperhatikan ‘saudara’ yang berbuat salah. Yesus memakai kata ‘saudara’, bukan ‘sesama’. Artinya Yesus mengajak kita perduli pada orang-orang di dekat kita. Inti yang diminta Yesus dalam hubungan dengan saudara kita: per-hati-an. Artinya kita tidak melihat orang sebagai masalah, gangguan. Kita melihat orang itu sebagai orang yang mengalami masalah. Dia butuh perhatian. Dan itu yang diminta Yesus: perhatian=memberi hati. Ini lah cara untuk membangun umat. Gossip bertindak sebaliknya. Kesalahan dan masalah seseorang yang menjadi pusat perhatian. Tetapi jika diminta menasihati atau mengajak orangnya bicara, reaksinya biasanya: jangan saya. Jangan beritahu kalau dengar dari saya. Membangun Umat, hanya sungguh dapat terjadi jika kita saling memberi hati satu kepada yang lain.
Socrates adalah seorang ilmuwan yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanaan nya yang tinggi. Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, “Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?” “Tunggu sebentar,” jawab Socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda menjawab 3 pertanyaan saya. Ini untuk menyaring apa yang akan anda katakan. ini saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali.
Saringan yang pertama adalah KEBENARAN. Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda akan katakan kepada saya adalah benar?” “Tidak,” kata pria tersebut,”sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada anda”. “Baiklah,” kata Socrates. “Jadi anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.”
Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu: KEBAIKAN. Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk”. “Jadi,” lanjut Socrates, “anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar.
Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu: KEGUNAAN. Apakah apa yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut. “Kalau begitu,” simpul Socrates,” jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya… tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya?”
Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah, dan kata-kata yang telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali.*
Jadi sebelum berbicara, gunakanlah Saringan Tiga Kali. Apakah yang kita tulis dan sebarkan di antara sesama saudara atau di media sosial itu memang benar, baik dan berguna? Juga seandainya yang kita tulis merupakan ungkapan perasaan negatip kita. Apakah itu berguna untuk membangun umat? Perhatian dan kebersamaan kita dapat membangun banyak hal dalam hidup bersama di Basis, Lingkugan dan Paroki kita. Kebersamaan kita dapat menumbuhkan benih-benih panggilan; menumbuhkan berbagai kegiatan di Basis, Lingkungan dan Paroki. Kehadiran kita dapat mengikat dan membangun umat di sini dan disurga. Karena kehadiran kita membuat Kristus nyata hadir di tengah-tengah kita. Amin.
*[KHK-Indonesia] benar, baik, berguna
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!